Sekarang ini, jadi remaja tuh gak segampang kelihatannya. Hidup di tengah tekanan sosial, ekspektasi situs bonus yang tinggi, dan dunia maya yang serba cepat bikin kepala bisa meledak kapan aja. Banyak yang senyum-senyum di luar tapi dalam hati udah remuk. Masalahnya, soal kesehatan mental masih sering dianggap remeh—padahal ini hal serius yang harus dibahas dari sekarang, bro.
Sosial Media: Teman Nongkrong atau Biang Stress?
Di satu sisi, medsos emang seru, bisa update, bisa cari teman, bisa ngeksis. Tapi di sisi lain, ini juga bisa jadi sumber tekanan yang gila-gilaan. Lo liat temen posting jalan-jalan, outfit keren, hidupnya kayak sempurna—padahal itu cuma highlight doang. Tapi karena terus-terusan dibandingin, remaja bisa ngerasa gak cukup, gak keren, bahkan gak layak. Dan itu pelan-pelan ngikis mental.
Baca juga: Gak Semua yang Lo Liat di Medsos Itu Nyata, Bro!
Faktor lain kayak tekanan sekolah, masalah keluarga, sampai pergaulan yang toxic juga ikut main peran. Gak heran banyak remaja yang diem-diem ngalamin overthinking, anxiety, sampai depresi tapi gak tahu harus cerita ke siapa.
-
Kurangnya edukasi soal kesehatan mental di lingkungan sekolah dan rumah
-
Tekanan buat selalu terlihat “sempurna” di dunia maya
-
Ekspektasi akademik dan masa depan yang gak realistis
-
Minimnya ruang aman buat curhat tanpa di-judge
-
Pengaruh pergaulan yang toxic atau lingkungan yang gak support
-
Kurangnya waktu istirahat karena terus diburu target dan tugas
-
Stigma soal mental health yang bikin orang males minta bantuan
Remaja butuh ruang buat dengerin dan dimengerti, bukan sekadar disuruh sabar atau dibandingin. Kita harus mulai buka obrolan soal mental health tanpa nunggu mereka “meledak” dulu. Kasih mereka support, ajak ngobrol santai, dan ciptain lingkungan yang bikin mereka nyaman buat jadi diri sendiri. Karena sehat mental itu bukan kemewahan, tapi kebutuhan—dan harus jadi prioritas bareng-bareng.