Perubahan iklim, urbanisasi, mobilitas manusia global, serta degradasi lingkungan membuat penyakit infeksi lama muncul kembali, dan yang baru muncul (emerging diseases) makin sering menjadi ancaman. WHO dan lembaga kesehatan lainnya sudah memasukkan beberapa patogen ke dalam daftar prioritas untuk kesiapsiagaan.

Berikut beberapa penyakit terkini/yang meningkat prevalensinya di 2025, plus bagaimana kita bisa mencegahnya. slot gacor


1. Penyakit yang Perlu Diwaspadai Sekarang

Nama Penyebab / Patogen Di mana & bagaimana munculnya Risiko / Dampak
Dengue & Chikungunya Virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus Kasus melonjak di Bangladesh dan beberapa negara tropis. Urbanisasi & curah hujan tinggi menciptakan banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Demam tinggi, nyeri sendi, potensi keparahan (dengue hemorrhagic) bisa fatal tanpa perawatan cepat.
Bird Flu (Flu Burung) Virus influenza tipe tertentu, misalnya varian baru yang bisa menular dari hewan ke manusia Beberapa wabah pada hewan; ada laporan manusia terinfeksi ringan– sedang, kewaspadaan nasional diarahkan terhadap kemungkinan mutasi yang memungkinkan penularan antar manusia. Bila mutasi terjadi, bisa jadi bencana besar karena daya tular dan fatalitas tinggi.
Measles (Campak) Virus campak, penyakit yang sebelumnya banyak terkontrol melalui vaksinasi Beberapa negara mengalami penurunan cakupan vaksin, munculnya wabah kampak & deteksi virus di limbah (wastewater surveillance) sebagai indikator awal. Sangat menular; komplikasi bisa berupa pneumonia, diare berat, gangguan tumbuh/otak pada anak yang belum divaksin.
Chagas Disease (Kissing Bug) Parasite Trypanosoma cruzi, ditularkan oleh serangga triatomine (“kissing bugs”) Dulunya lebih di Amerika Latin, tapi sekarang ada laporan penyakit ini menjadi endemik di sebagian negara Amerika Serikat. Fase kronis dapat merusak jantung & saluran pencernaan; sulit dideteksi awal.
Candida auris (jamur kebal obat) Jamur Candida auris dengan beberapa klade yang menunjukkan resistensi obat Terutama terjadi di rumah sakit / fasilitas kesehatan; pasien rawat inap & imunodefisiensi paling rentan. Bisa menyebabkan infeksi aliran darah, infeksi luka, beban penyakit berat dan sulit diobati.
Penyakit zoonotik & patogen prioritas baru Virus/ bakteri/ patogen yang lompat dari hewan ke manusia, atau varian/strain baru WHO mencatat banyak patogen re-emerging & emerging sebagai prioritas, termasuk ‘Pathogen X’ (yang belum diketahui spesifik) agar siap siaga bila terjadi wabah baru. Risiko besar karena kurangnya imunitas populasi, vaksin/obat belum tersedia, sistem kesehatan bisa kewalahan.

2. Faktor Penyebab Munculnya Penyakit Baru / Kambuh

  • Perubahan iklim → suhu lebih tinggi, curah hujan tak menentu: lingkungan menjadi lebih mendukung bagi vektor (nyamuk, kutu, serangga).

  • Urbanisasi cepat & sanitas yang buruk → genangan air, drainase buruk, populasi padat memudahkan penyebaran.

  • Mobilitas manusia & perdagangan hewan/hewan liar → ada penyebaran patogen dari satu wilayah ke wilayah lain.

  • Penurunan cakupan vaksinasi & resistensi obat → beberapa masyarakat menolak vaksin, atau vaksinasi tidak menjangkau semua orang; jamur/bakteri yang resisten membuat pengobatan sulit.

  • Kurangnya kesiapsiagaan & pengawasan penyakit → deteksi kasus terlambat, surveilans lemah, komunikasi risiko tidak efektif.


3. Cara Mencegah Penyakit Terbaru & Emerging

Berikut langkah-pencegahan menyeluruh untuk meminimalkan risiko terkena penyakit infeksi kekinian:

  1. Vaksinasi

    • Pastikan vaksin dasar (seperti campak, polio, DPT) lengkap.

    • Ikuti vaksin tambahan bila ada: flu musiman, bird flu (jika tersedia), vaksin untuk chikungunya bila sudah disetujui di wilayahmu.

    • Dukungan pemerintah agar vaksin tersedia di semua wilayah, terutama daerah terpencil.

  2. Pengendalian vektor (nyamuk, kutu dsb.)

    • Basmi tempat berkembang biak vektor: genangan air di pot bunga, kaleng, ban bekas dsb.

    • Pakai kelambu, pakaian yang menutupi tubuh, gunakan obat nyamuk atau losion anti-nyamuk.

    • Program pencegahan massal seperti pelepasan nyamuk Wolbachia, teknik serangga steril, penyemprotan insektisida yang aman.

  3. Kebersihan & sanitasi

    • Akses ke air bersih, sanitasi yang baik di rumah, sekolah, fasilitas umum.

    • Kebersihan tangan rutin, makanan dimasak matang, hindari air/minuman yang mungkin terkontaminasi.

    • Pengelolaan limbah yang benar dan drainase yang baik.

  4. Deteksi dini & pengawasan penyakit

    • Sistem pelaporan cepat & laboratorium diagnosa yang memadai.

    • Surveilans limbah (“wastewater surveillance”) untuk mendeteksi virus/ patogen sebelum muncul wabah besar.

    • Edukasi tenaga medis & masyarakat untuk mengenali gejala awal.

  5. Perilaku individu & komunitas

    • Menghindari kontak dengan hewan liar / menjjaga kebersihan jika berkontak (misalnya memakai sarung tangan, menjaga jarak).

    • Jika sakit, isolasi diri, hindari keramaian agar tidak menyebarkan ke orang lain.

    • Informasi benar & edukasi tentang vaksin, risiko penyakit, dan cara melindungi diri sendiri.

  6. Kebijakan & kesiapsiagaan pemerintah

    • Dukungan anggaran untuk sistem kesehatan, vaksin, riset penyakit baru.

    • Regulasi yang mengatur sanitasi, pemukiman, kontrol vektor.

    • Kerjasama internasional agar penanganan wabah cepat & berbagi data.


Di era globalisasi dan perubahan lingkungan yang cepat, munculnya penyakit baru dan bangkitnya kembali penyakit lama adalah sesuatu yang hampir tak terelakkan. Namun, dengan kombinasi tindakan preventif seperti vaksinasi, kebersihan lingkungan, pengawasan penyakit yang baik, serta partisipasi aktif dari masyarakat dan kebijakan pemerintah yang kuat, kita bisa meminimalkan dampaknya.

Selalu waspada, perhatikan gejala tubuh, dukung program kesehatan masyarakat, dan jangan mengabaikan kesehatan sendiri—karena pencegahan jauh lebih murah dan lebih ringan daripada mengobati.